BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Bencana alam adalah bencana yang
terjadi karena alam itu sendiri dapat berupa banjir, tanah longsor, gempa bumi
dan lainya, namun bencana alam tidak lepas dari apa yang dilakukan oleh
manusia. Pada awalnya bencana alam sebenarnya banyak yang diawali oleh tangan-tangan
manusia yang dapat mennganggu kesimbangan alam diantaranya seperti longsor . Longsor atau sering disebut gerakan
tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan
atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor
yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
Pada awal tahun 2007 ini, negara kita kembali mengalami
berbagai macam bencana alam yang datang silih berganti, seperti : banjir, tanah
longsor, gempa bumi dan lain-lain. Bencana alam tanah longsor disebabkan adanya
erosi tanah akibat dari tanah gundul yang tidak dapat menahan air hujan yang
turun ke bumi dengan jumlah yang sangat besar.
Pada kesempatan ini penulis ingin membahas tentang erosi. Bagaimana erosi itu bisa terjadi, apa penyebabnya, bagaimana cara menanggulanginya dan dampak-dampak apa saja yang dapat diakibatkan karena adanya erosi tersebut.
Pada kesempatan ini penulis ingin membahas tentang erosi. Bagaimana erosi itu bisa terjadi, apa penyebabnya, bagaimana cara menanggulanginya dan dampak-dampak apa saja yang dapat diakibatkan karena adanya erosi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Erosi
1. Pengertian Erosi
Erosi adalah pengikisan tanah yang
diakibatkan oleh air dan angin. Ada beberapa definisi, antara lain pengikisan
dan penorekan bahan-bahan yang disebabkan oleh air, angin dan cairan gletser.
2. Jenis-jenis Erosi
Erosi Air
Erosi air dimulai dari jatuhnya air hujan. Air hujan tersebut tidak mampu memecahkan agregat (bahan-bahan mineral yang tidak bergerak seperti batu kerikil dan debu) dan menghempaskan partikel-partikel bersama percikan air hujan.
Adapun bentuk atau tipe erosinya sebagai berikut :
Erosi Air
Erosi air dimulai dari jatuhnya air hujan. Air hujan tersebut tidak mampu memecahkan agregat (bahan-bahan mineral yang tidak bergerak seperti batu kerikil dan debu) dan menghempaskan partikel-partikel bersama percikan air hujan.
Adapun bentuk atau tipe erosinya sebagai berikut :
- Erosi percikan yang terjadi karena percikan air hujan yang kemudian mengalir menuruni lereng-lereng secra terus menerus.
- Erosi permukaan yang terjadi karena aliran air yang mengalir secara terus menerus.
- Erosi parit yaitu aliran erosi berbentuk parit-parit.
Erosi angin
Erosi angin terjadi di daerah berpasir, mengakibatkan terbentuknya bukit-bukit pasir. Proses pengikisan bantuan yang dilakukan oleh angin disebut deflasi. Proses erosi ini hanya terjadi di daerah yang kering, misalnya : padang pasir dan pantai berpasir.
Erosi angin terjadi di daerah berpasir, mengakibatkan terbentuknya bukit-bukit pasir. Proses pengikisan bantuan yang dilakukan oleh angin disebut deflasi. Proses erosi ini hanya terjadi di daerah yang kering, misalnya : padang pasir dan pantai berpasir.
Erosi Gletser
Erosi gletser disebut juga extarasi gletser atau es. Terdapat di daerah kutub dan puncak-puncak gunung tinggi seperti Gunung Himalaya, Alpen, Rocky Mountain, pegunungan Jaya Wijaya.
Erosi gletser disebut juga extarasi gletser atau es. Terdapat di daerah kutub dan puncak-puncak gunung tinggi seperti Gunung Himalaya, Alpen, Rocky Mountain, pegunungan Jaya Wijaya.
Erosi Abrasi
Erosi abrasi menyebabkan terbentuknya cliff. Cliff adalah lereng dengan dinding bagian atas menggantung karena dinding bagian bawah telah terkikis oleh gelombang air laut.
Erosi abrasi menyebabkan terbentuknya cliff. Cliff adalah lereng dengan dinding bagian atas menggantung karena dinding bagian bawah telah terkikis oleh gelombang air laut.
3.
Penyebab
Erosi
- Erosi air diakibatkan oleh kekuatan atau volume air yang besar dan kemiringan lereng. Semakin curam lereng semakin besar erosinya. Dan keadaan vegetasi, semakin lebar vegetasi yang ada semakin kecil erosi yang yerjadi.
- Erosi angin diakibatkan oleh angin kencang yang mengandung pasir melintasi batuan-batuan yang mengakibatkan batuan tersebut terkikis dan membentuk batu cendawan.
- Erosi gletser diakibatkan oleh cairan gletser atau es.
- Erosi abrasi disebabkan oleh gelombang air laut yang terus menerus menghantam bibir pantai.
4.
Akibat
Erosi
- Erosi air mengakibatkan terseretnya tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Membawa tanah dari daerah asalnya ke tempat yang lain, dn juga bisa mengakibatkan frakmega atau hancuran batuan.
- Erosi angin mengakibatkan terbentuknya bukit-bukit pasir.
- Erosi gletser mengakibatkan terjadinya longsor es slju dari bukit atau gunung salju.
- Erosi abrasi mengakibatkan terjadinya cilff (lereng dengan dinding bagian atas menggunung karena dinding bagian bawah tanah terkikis oleh gelombang air laut).
5.
Cara
Penanggulangan Erosi
Erosi Air
Cara menanggulangi erosi ini dengan membuat terasering, menanami pohon-pohon pada tanah yang miring.
Erosi Angin
Cara menanggulangi erosi ini dengan membuat oasis buatan, dan mengaliri air atau menanami pohon-pohon, seperti : kaktus, pakis dan lain-lain yang bisa menyimpan air.
Erosi Gletser
Cara menanggulangi erosi gletser adalah dengan cara menanami pohon-pohon untuk menghalangi longsorang salju.
Erosi Abrasi
Cara menanggulangi erosi abrasi dengan cara memecah ombak-ombak yang besar dengan cara membuat benteng atau karung buatan.
Erosi Air
Cara menanggulangi erosi ini dengan membuat terasering, menanami pohon-pohon pada tanah yang miring.
Erosi Angin
Cara menanggulangi erosi ini dengan membuat oasis buatan, dan mengaliri air atau menanami pohon-pohon, seperti : kaktus, pakis dan lain-lain yang bisa menyimpan air.
Erosi Gletser
Cara menanggulangi erosi gletser adalah dengan cara menanami pohon-pohon untuk menghalangi longsorang salju.
Erosi Abrasi
Cara menanggulangi erosi abrasi dengan cara memecah ombak-ombak yang besar dengan cara membuat benteng atau karung buatan.
B. Longsor
1.
Pengertian Longsor
Proses terjadinya erosi berawal dari hancurnya tanah oleh
curah hujan dan aliran permukaan, setelah tanah hancur maka lapisan atas
tersebut diangkut oleh ke tempat lain. Faktor dominan penyebab terjadinya
terjadinya erosi adalah karena gundulnya permukaan tanah, tetapi besarnya curah
hujan dan derasnya aliran permukaan juga ikut mempengaruhi proses terjadinya
erosi tersebut..
Gerakan massa tanah
atau bisa disebut tanah longsor, bencana alam ini sering melanda daerah
perbukitan didaerah tropis basah. Kerusakan yang ditimbulkan oleh longsor tidak
hanya merusakan secara langsung, seperti rusaknya fasilitas umum, lahan
pertanian dan korban mausia, tetapi juga kerusakan secara tidak langsung yang
melumpuhkan kegiatan pembangunan dan aktivitas ekonomi didaerah bencana.
Kebanyakan longsoran
lereng terjadi sesudah hujan lebat atau hujan yang berkepanjangan. Para ahli
menyimpulkan adanya hubungan antara hujan tahunan dan frekuensi longsoran. Jika
curah hujan semakin banyak tanah longsor terjadi dimana-mana. Disamping itu,
terdapat pula hubungan antara curah hujan lebat dan kecepatan longsoran massa
tanah.
Longsor atau sering disebut
gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena
pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya
bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong
adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan
faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.
2.
Faktor-faktor penyebab longsor
Ketika gaya gravitasi lebih besar dari resistensi lereng
untuk bertahan, maka terjadilah longsor. Gaya penahan (resisting forces) yang
membantu mengontrol kestabilan lereng meliputi kekuatan (strength) dan kohesi
(cohession) material lereng, friksi antar butiran dan pendukung eksternal
lereng lain. Faktor-faktor kolektif ini disebut sebagai shear strength
Berlawanan dengan shear strength adalah gaya gravitasi.
Gravitasi diberikan secara vertikal, namun memiliki komponen yang paralel
terhadap lereng, dan inilah sesungguhnya yang membuat ketidakstabilan (lihat
gambar.1). Sudut lereng yang besar memberikan komponen gravitasi yang bekerja
menjadi lebih besar pula sehingga berbahaya dan dapat menyebabkan longsor.
Sudut kecuraman lereng yang mampu mengontrol dan meniadakan keruntuhan disebut
sebagai angle of repose. Pada sudut ini, gaya penahan mampu melakukan
perlawanan terhadap gaya gravitasi. Untuk material yang tidak terkonsolidasi,
angle of repose berkisar antara 25O – 40O. Untuk lereng
yang lebih curam dari 40O biasanya pada batuan padat yang tidak
mengalami pelapukan.
Semua lereng berada pada kondisi kesetimbangan dinamik
(dynamic equilibrium) artinya bahwa lereng selalu menyesuaikan kesetimbangan
terhadap kondisi terbaru. Ketika kita mendirikan bangunan dan jalan di daerah
perbukitan, maka kesetimbangan lereng akan terjadi. Lereng kemudian melakukan
penyesuaian yang mungkin saja menyebabkan terjadinya longsor untuk membentuk
kondisi yang baru. Banyak faktor yang dapat menyebabkan longsor, yaitu perubahan
tingkat kelerengan (slope gradient), pelemahan material lereng karena pelapukan
(weathering), meningkatnya kandungan air (water content), perubahan pada
vegetasi penutup lereng dan kelebihan pembebanan (overloading).
a. Sudut Lereng
Sudut lereng dapat menjadi penyebab utama longsor. Umumnya, lereng
yang curam akan kurang stabil karenanya lereng yang curam akan memiliki
kemungkinan longsor dibanding lereng yang landai. Sejumlah proses dapat
menyebabkan lereng menjadi lebih terjal (oversteepen). Salah satu disebabkan
oleh pemotongan pada bagian dasar lereng oleh aktivitas sungai atau aksi
gelombang. Hal ini akan memindahkan dasar lereng (slope’s base) dan
meningkatkan sudut lereng. Aksi gelombang, terutama selama badai seringkali
menghasilkan longsor sepanjang tepi pantai atau danau yang besar
b. Pelapukan Dan Iklim
Longsor lebih sering terjadi pada
material lereng yang lepas-lepas atau tidak terkonsolidasi dibandingkan dengan
lapisan batuan dasar padat (solid bedrock). Segera setelah batuan padat tersingkap
di permukaan bumi, pelapukan mulai memecah (disintegrate) dan mengubah
komposisi (decompose) batuan. Dengan demikian, terjadi pengurangan shear
strength dan peningkatan kerentanan (susceptibility) terhadap longsor. Semakin
dalam zona pelapukan yang terbentuk, maka semakin besar kemungkinan terjadinya
beberapa tipe longsor. Di daerah tropis, temperatur tinggi menyebabkan hujan
sering terjadi sehingga menyebabkan pelapukan meluas hingga kedalaman beberapa
puluh meter dan longsor yang berlangsung cepat biasanya terjadi pada zona
pelapukan yang dalam.
c. Kandungan
Air
Jumlah air di dalam batuan dan tanah mempengaruhi kestabilan
lereng. Kuantitas air yang besar dari pencairan salju meningkatkan kemungkinan
kerentanan lereng. Penambahan berat sejalan dengan penambahan air sudah cukup
untuk menyebabkan longsor. Selanjutnya perkolasi air sepanjang material lereng
membantu untuk mengurangi friksi antar butiran sehingga menunjukkan kehilangan
kohesi. Contoh, lereng berkomposisi lempung kering akan cukup stabil, tetapi
ketika basah maka dengan cepat akan kehilangan kohesivitas dan friksi internal
sehingga menjadi sebab ketidakstabilan lereng.
d. Vegetasi
Vegetasi berpengaruh terhadap kestabilan lereng. Air yang
terserap dari turunnya hujan membuat vegetasi berperan dalam menjaga kejenuhan
air (water saturation) pada material lereng yang jika hal sebaliknya terjadi
maka akan kehilangan shear strength. Sistem akar tanaman juga menjaga
kestabilan lereng dengan jalan mengikat partikel tanah bersama-sama dan mengikat
tanah dengan batuan dasar. Rusaknya vegetasi karena aktivitas alam atau manusia
menjadi penyebab longsor. Hujan yang deras menyebabkan tanah menjadi jenuh
sehingga longsor besar dapat terjadi. Beberapa perbukitan di Selandia Baru
sering terjadi longsor karena tanaman dengan akar yang dalam diganti dengan
rerumputan yang mempunyai akar dangkal. Ketika hujan tiba, akar ini tidak mampu
menahan lereng sehingga terjadi longsor.
e. Overloading
Overloading (pembebanan berlebih)
hampir selalu disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penimbunan, pengisian
dan penumpukan material. Dibawah kondisi alamiah, beban material disangga oleh
kontak antar butir (grain-to-grain contact) sehingga menjaga kestabilan lereng.
Penambahan beban yang disebabkan karena peningkatan tekanan air didalam
material akan menurunkan shear strength lereng karena itulah terjadi pelemahan
material lereng.
e. Geologi
Dan Kestabilan Lereng
Hubungan antara topografi dan geologi suatu daerah sangatlah
penting dalam menentukan kestabilan lereng. Jika batuan memiliki kemiringan
kedudukan yang paralel dengan kelerengan, maka kemungkinan longsor lebih besar
dari lereng dengan kedudukan batuan yang horizontal atau berlawanan arah
terhadap kelerengan. Ketika kemiringan batuan searah dengan lereng, air
mengalami perkolasi sepanjang bidang-bidang perlapisan sehingga menyebabkan
menurunnya kohesivitas dan friksi antara satuan batuan yang berdampingan (lihat
gambar 4a). Pada keadaan tertentu bila hadir lapisan batulempung, maka batuan
ini dapat menjadi bidang gelincir ketika kondisinya basah. Walaupun batuan
mempunyai kedudukan horizontal atau miring berlawanan dengan kelerengan, dapat
saja rekahan memiliki arah yang sama dengan kelerengan. Air akan dapat
bermigrasi melaluinya kemudian melapukkan dan memperbesar bukaan hingga beban
berat dari lapisan diatasnya tidak sanggup lagi untuk ditahan dan terjadi
longsor (lihar gambar 4a.).Jenis- Jenis Tanah Longsor Berdasrkan Gerakanya
1. Rayapan
Adalah gerakan masa tanah atau batuan, bergerak dengan
kecepatan lambat, kurang dari 1 meter/tahun. Terjadi pada lereng yang landai
(kemiringan 10-20 derajat).
2. Luncuran
Sering terjadi pada lereng kemiringan 20-40 derajat
kecepatan dapat mencapai 25 meter/menit
3. Jatuhan
Sejumlah besar batuan atau materi lainya bergerak kebawah dg
cara jatuh. Kondisi ini umum terjadi sepanjang jalan dan pematang atau tebing
yang curam kemiringan lebih dari 40 derajat
4. Aliran
Campuran tanah, batuan dan air yang
membentuk suatu cairan kenta. Aliran pada mulanya adalah endapan longsoran
dalam suatu lembah, kemudian karena kemiringan ia meluncur dan berkembang
sebagai masa pekat yang menuruni lereng.
Dililhat dari penjelasan-penjelasan tentang erosi dan
longsor diatas juga dikaitkan dengan apa yang terjadi di daerah Dusun Cikupa,
Desa Raksabaya, Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis merupakan keterkaitang
yang sangat masuk akal karena hujan yang mengguyur kecamatan cimaragas pada
malam sebelum terjadinya longsong berpengaruh sangat tinggi namun selain itu
hal-hal yang terkaitnya adalah penutup vegetasi disana juga kurang karena ada
penebangan-penebangan beberapa pohon jadi pohon yang tersisa tidak kuat untuk
menahan banyaknya air yang mengalir kesana dan terakhir jelas bahwa kemiringan
lereng sangat berpengaruh juga. Lereng yang terjadi longsor memang culup
terjal.
Dampak dari terputusnya jalur jalan Cidolog Cimaragas Ciamis
atau sebaliknya yang saya langsung lihat adalah angkutan semua kendaraan baik
roda dua maupun roda empat terputus total termasuk angkutan umum pedesaan 015 yang bertrayek Ciamis-Cidolog lewat
Cimaragas yang harusnya sampai ke Cidolog hanya sampai ke kampung Cikupa jadi
sangat amat terganggu segala aktivitas masyarakat termasuk para siswa sekolah
dari daerah Cidolog yang bersekolah di Cimaragas, Ciamis, atau Banjar tidak
bisa melintas areal longsor juga perekonomian dari Kota Banjar atau Ciamis ke
Kecamatan Cidolog, walaupun ada jalan alternatif ke daerah lain namun memakan
waktu yang lama ini sangat menghawatirkan.
Sebenarnya jalur Ciamis-Cidolog bukan saja satu kali longsor
dan bukan juga satu titik ada banyak rawan longsor. Namun longsor yang terakhir
itu sudah ada angutan kota 015 jadi informasi ke Ciamis juga cepet sampai.
f. Mitigasi
Bencana Longsor
Cara yang dapat diambil sebagai
resiko mengurangi bencana longsor adalah :
1.
Survey dan pemetaan kawasan yang
rentan
2.
Pemasangan rambu-rambu
3.
Peraturan tataguna lahan
4.
Penghijauan
5.
Perbaikan sarana
6.
Pendidikan masyarakat
7.
Pemanfaatan dan peringatan
Dari sumber lain tentang mitigasi
bencana longsor dilaikuan dengan tiga tahap yaitu pencegahan, bencana dan
pascabencana.
1.
Tahap Pencegahan
-
Penyuluhan, pencegahan dan
penanggulangan bencna tanah longsor terhadap masyarakat.
- Pemetaan dan pemantauan daerah rawan
longsor.
- Menghindari mendirikan bangunan di
tepi sungai dan tebing yang terjal
-
Pengambangan sitem peringatan dini
terhadap masyarakat tentang rawan bencana.
- Penebangan pohon dilakukan dengan
system tebang pilih
2.
Tahap Bencana
- Menyelamatkan korban ketempat yang
lebih aman
- Mendirikan dapur umum, pos-pos
kesehatan dan menyediakan air bersih.
- Mencegah berjangkitnya wabah
penyakit.
3.
Tahap Pascabencan
- Mengembalikan fungsi hutan lindung
seperti semula yaitu dengan reboisasi
- Normalisasi area penyebab longsor
- Rehabilitas sarana dan prasarana
yang rusak
Dari poin-poin diatas yang
disebutkan yang bisa menanggulangi longsor yaitu penghijauan walaupun
disepanjang jalan masih hijau namun di tebing-tebing yang curam lah yang perlu
banyak penghijauan.
C. Gempa bumi
a. pengertian Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran
gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan
menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala
yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia.
Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang
di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama
rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir
tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di
daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar
bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya.
Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo
gempa di Jepang pada tahun 2011 (per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan
dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.
1. Jenis Gempa Bumi
Jenis
gempa bumi dapat dibedakan berdasarkan:
- Berdasarkan Penyebab
- Gempa bumi tektonik
Gempa
Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat
kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan
atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi yang kuat mampu menjalar
keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi
karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
- Gempa bumi tumbukan
Gempa
Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi,
jenis gempa Bumi ini jarang terjadi
- Gempa bumi runtuhan
Gempa
Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
- Gempa bumi buatan
Gempa
bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia,
seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
- Gempa bumi vulkanik (gunung api)
Gempa
Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum
gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan
timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi
tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut.
- Berdasarkan Kedalaman
- Gempa bumi dalam
Gempa
bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di
bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
- Gempa bumi menengah
Gempa
bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai
300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
- Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang
hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini
biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
- Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa
- Gelombang Primer
Gelombang
primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di
tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.
- Gelombang Sekunder
Gelombang
sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat,
seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7
km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
b. Penyebab terjadinya gempa Bumi
Kebanyakan gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu
kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak
dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan
terjadi.
Gempa
Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi
yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan
translasional. Gempa Bumi fokus dalam
kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer
yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung
berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan
gunung berapi. Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena
menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian
lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan
dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas Bumi
dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini
dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia seperti
ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
c. Sejarah gempa Bumi besar pada abad ke-20 dan 21
- 11 April 2012, Gempa bumi di sepanjang Pulau Sumatera berskala 8.6 SR, berpotensi sampai Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung. Gempa terasa sampai India.
- 11 Maret 2011, Gempa Bumi di Jepang, 373 km dari kota Tokyo berskala 9,0 Skala Richter yang sebelumnya di revisi dari 8,8 Skala Richter, gempa ini juga menimbulkan gelombang tsunami di sepanjang pesisir timur Jepang
- 26 Oktober 2010, Gempa Bumi di Mentawai berskala 7.2 Skala Richter, korban tewas ditemukan hingga 9 November ini mencapai 156 orang. Gempa ini kemudian juga menimbulkan tsunami.
- 16 Juni 2010, Gempa Bumi 7,1 Skala Richter menggguncang Biak, Papua.
- 7 April 2010, Gempa Bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya berpusat 60km dari Sinabang, Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan fisik di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
- 27 Februari 2010, Gempa Bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data 30 Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi Samudera Pasifik yang menjangkau hingga Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara kepulauan di Pasifik dan Jepang dengan dampak ringan dan menengah.
- 12 Januari 2010, Gempa Bumi Haiti dengan episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala Richter berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000 orang, luka-luka 300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
- 30 September 2009, Gempa Bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau 7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
- 2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia. Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga terhambat.
d. Akibat Gempa Bumi
- Bangunan roboh
- Kebakaran
- Jatuhnya korban jiwa
- Permukaan tanah menjadi merekat dan jalan menjadi putus
- Tanah longsor akibat guncangan
- Banjir akibat rusaknya tanggul
- Gempa di dasar laut yang menyebabkan tsunami
e. Cara Menghadapi Gempa Bumi
Bila
berada di dalam rumah:
- Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat tidur.
- Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.
- Jauhi rak buku, lemari dan kaca jendela.
- Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di dinding dan sebagainya.
Bila
berada di luar ruangan:
- Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang tinggi dan sebagainya.
- Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.
- Jauhi rak-rak dan kaca jendela.
Bila
berada di dalam ruangan umum:
- Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.
- Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.
Bila
sedang mengendarai kendaraan:
- Segera hentikan di tempat yang terbuka.
- Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan penyeberangan.
Bila
sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai
dasar mall:
- Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan.
- Ikuti semua petunjuk dari pegawai atau satpam.
Bila
sedang berada di dalam lift:
- Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Lebih baik menggunakan tangga darurat.
- Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua tombol.
- Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
- Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika tersedia.
Bila
sedang berada di dalam kereta api:
- Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara mendadak
- Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta
- Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan
Bila
sedang berada di gunung/pantai:
- Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman.
- Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
Beri
pertolongan:
- Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang berada di sekitar Anda.
Evakuasi:
- Tempat-tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah daerah. Pengungsian perlu dilakukan jika kebakaran meluas akibat gempa bumi. Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan dengan berjalan kaki dibawah kawalan petugas polisi atau instansi pemerintah. * * * Bawalah barang-barang secukupnya.
Dengarkan
informasi:
- Saat gempa bumi terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan, penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau petugas PMK. Jangan bertindak karena informasi yang tidak jelas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa
Erosi adalah pengikisan tanah yang diakibatkan oleh air, angin, es dan
gelombang laut. Tanah longsor yang baru-baru ini sering terjadi di negara kita
disebabkan karena pengkisan tanah oleh air hujan sehingga tanah menjadi
longsor. Jika hal itu terjadi di daerah dekat dengan pemukiman penduduk akan
berakibat fatal. Rumah penduduk tertimbun tanah sehingga dapat memakan korban
jiwa.
Cara menanggulangi erosi air adalah dengan cara membuat terasering, menanami pohon-pohon pada tanah yang miring.
Cara menanggulangi erosi air adalah dengan cara membuat terasering, menanami pohon-pohon pada tanah yang miring.
B.
Saran
Dari uraian yang telah kami sampaikan di depan, kami dapat
memberikan saran, antara lain :
- Jangan menebang pohon secara sembarangan karena hal ini dapat mengakibatkan tanah tidak mampu untuk menahan air yang datang dengan jumlah besar.
- Tanamilah kembali lahan-lahan gundul di sekitar kita agar dapat menahan air hujan sehingga kita bisa terhindar dari bencana tanah longsor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
longsor itu diantaranya sudut lereng, pelapukan dan iklim, kandungan air,
vegetasi, overloading, geologi dan kesetabilan lereng. Hal ini juga merupakan
sifat yang menentukan didalam longsor di kecamatan cimaragas tersebut yaitu
longsor terjadi karena hujan yang deras mengguyur daerah itu.
Cara yang dapat diambil sebagai resiko mengurangi bencana
longsor adalah :
1. Survey dan pemetaan kawasan yang
rentan
2. Pemasangan rambu-rambu
3. Peraturan tataguna lahan
4. Penghijauan
5. Perbaikan sarana
6. Pendidikan masyarakat
7. Pemanfaatan dan peringatan
DAFTAR PUSTAKA
Hartati, Sri. 2007. Seni Panduan Belajar dan Evaluasi
IPS. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana.
Ruwanto, Bambang. 2008. Tanah
Longsor. Yogyakarta : KANISIUS
Sugara, Isda.2007 GEOGRAFI
untuk SMA dan MA Kelas X . Jakarta : Piranti Piranti Darma Kalokatama.
Syhab, Usman. 2008. MENCERDASI
BENCANA. Jakarta : PT Gramedia
Widiasarana.
pikiran-rakyat.com
No comments:
Post a Comment